Apa Itu Natto

Apa Itu Natto? Mengungkap Rahasia di Balik Makanan Khas Jepang yang Berbau Khas

Apa Itu Natto adalah makanan tradisional Jepang yang dikenal karena penampilannya yang lengket, aroma khas, dan rasa yang unik. Natto dibuat melalui proses fermentasi kedelai menggunakan bakteri Bacillus subtilis var. natto. Proses fermentasi inilah yang memberikan natto karakteristiknya yang khas dan kaya akan nutrisi. Kebanyakan orang yang baru mengenal natto mungkin akan terkejut dengan aroma kuat yang dihasilkannya, mirip dengan amonia, serta tekstur lengket yang mungkin tidak biasa bagi lidah yang belum terbiasa.

Karakteristik Natto:

  1. Penampilan:
    • Bertekstur lengket dengan benang-benang lengket yang menyerupai jaring laba-laba.
    • Biji kedelai yang tampak cokelat dan lembut.
  2. Aroma:
    • Mempunyai aroma khas yang kuat, seringkali dibandingkan dengan keju fermentasi.
  3. Rasa:
    • Rasa yang kaya dan gurih, dengan sentuhan sedikit pahit atau manis tergantung pada cara pembuatannya.

Natto sering dinikmati sebagai bagian dari sarapan di Jepang dan biasanya disajikan bersama nasi panas, kecap asin, dan mustard Jepang. Beberapa orang juga menambahkan bumbu lainnya seperti daun bawang cincang atau telur ayam kampung mentah untuk meningkatkan cita rasanya.

Manfaat Kesehatan:

  • Natto adalah sumber protein nabati yang baik dan mengandung banyak nutrisi penting seperti vitamin K2, yang penting untuk kesehatan tulang.
  • Mengandung enzim nattokinase yang disebut-sebut memiliki manfaat dalam mendukung kesehatan kardiovaskular.

Natto bukan hanya makanan sehari-hari di Jepang tetapi juga telah memperoleh perhatian internasional. Walaupun mendapatkan reaksi yang beragam, penikmatnya sering menghargai natto sebagai sumber kesehatan yang potensial. Bagi mereka yang tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru dan berani, natto mungkin bisa menjadi tambahan unik dalam petualangan kuliner.

Sejarah dan Asal Usul Natto

Natto, makanan tradisional Jepang yang dikenal karena teksturnya yang lengket dan bau yang khas, memiliki sejarah panjang yang menarik. Menurut berbagai sumber, asal usul natto bisa ditelusuri kembali ke periode Jomon di Jepang, yang dimulai sekitar 14.000 SM. Namun, catatan tertulis yang lebih jelas tentang natto diduga muncul sekitar Periode Heian (794–1185 M).

Tahap Awal

  • Fermentasi Alami: Dipercayai bahwa natto pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh para petani. Kedelai yang dimasak dibiarkan dalam kondisi lembab dan hangat saat dibungkus jerami padi, yang kemudian mengalami fermentasi alami oleh bakteri Bacillus subtilis natto.
  • Penemuan Acak: Banyak legenda lokal menyebutkan bahwa kedelai yang dibawa para prajurit kuda melewati perjalanan panjang mengalami fermentasi saat dibiarkan dalam kantong jerami.

Penyebaran di Jepang

  • Zaman Edo: Pada Zaman Edo (1603-1868), produksi natto menjadi semakin umum di Jepang. Saat ini, pengetahuan tentang penyiapan natto dengan cara yang lebih mudah dan higienis mulai berkembang.
  • Populer di Wilayah Tohoku dan Kanto: Masyarakat di wilayah Tohoku dan Kanto dikenal memiliki konsumsi natto yang tinggi karena iklim yang mendukung fermentasi yang optimal.

Evolusi Produksi

  • Metode Modern: Dengan kemajuan teknologi, produksi natto kini dilakukan di pabrik dengan proses yang lebih terkontrol. Proses fermentasi dilakukan di lingkungan steril menggunakan strain bakteri yang dipilih dengan cermat untuk menghasilkan produk lebih konsisten.
  • Globalisasi: Selain Jepang, natto mulai dikenal di berbagai belahan dunia berkat usaha promosi kuliner Jepang. Peminatnya tumbuh, terutama di kalangan mereka yang tertarik pada makanan fermentasi dan manfaat kesehatan yang diklaim oleh natto.

Melalui perjalanan panjangnya, natto tetap menjadi bagian penting dari budaya kuliner Jepang. Sebagai makanan yang terjaga keasliannya, natto menggambarkan contoh bagaimana tradisi kuliner dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi.

## Proses Pembuatan Natto: Fermentasi Kedelai

Pembuatan natto dimulai dengan memilih biji kedelai berkualitas tinggi untuk memastikan cita rasa yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pembuatan natto:

1. **Pemilihan Biji Kedelai:**
   - Biji kedelai yang dipilih harus berukuran seragam dan bebas dari cacat.
   - Kualitas biji kedelai sangat mempengaruhi hasil akhir natto.

2. **Pencucian dan Perendaman:**
   - Biji kedelai dicuci sampai bersih untuk menghilangkan kotoran.
   - Perendaman dilakukan selama 12-20 jam hingga kedelai menyerap air dengan sempurna dan membesar.

3. **Pengukusan:**
   - Kedelai dikukus hingga empuk, biasanya berlangsung sekitar 6 jam.
   - Tekstur kedelai harus cukup lembut agar fermentasi berjalan efektif.

4. **Proses Inokulasi:**
   - Proses penting ini melibatkan inokulasi kedelai dengan bakteri Bacillus subtilis natto.
   - Bakteri tersebut bertanggung jawab atas proses fermentasi yang menghasilkan natto.

5. **Fermentasi:**
   - Kedelai yang telah diinokulasi disimpan dalam wadah bersih.
   - Proses fermentasi berlangsung pada suhu sekitar 40°C selama 24 jam.
   - Penting untuk menjaga kelembapan dan suhu agar fermentasi berjalan optimal.

6. **Pendinginan dan Penyimpanan:**
   - Setelah fermentasi, natto didinginkan secara cepat untuk menghentikan proses fermentasi.
   - Natto kemudian disimpan dalam suhu dingin hingga siap untuk dinikmati.

Faktor lingkungan sangat berperan dalam fermentasi natto. Suhu, kelembapan, dan kebersihan lingkungan harus diawasi ketat. Fermentasi ini menghasilkan cita rasa dan aroma khas yang dicintai oleh penggemar natto. Bagi banyak orang, tekstur lengket dan aroma asam natto merupakan daya tarik tersendiri yang membuatnya unik di antara makanan fermentasi lainnya.

Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Natto

Natto, makanan fermentasi tradisional asal Jepang, dikenal karena nutrisinya yang melimpah serta beragam manfaat kesehatannya. Melalui proses fermentasi kedelai dengan bantuan bakteri Bacillus subtilis, natto tidak hanya mengandung protein tinggi tetapi juga komponen-komponen nutrisi penting lainnya.

Kandungan Nutrisi Utama

  1. Protein:
    • Natto mengandung protein nabati yang esensial bagi tubuh, dengan semua asam amino esensial yang dibutuhkannya.
    • Sumber protein yang baik untuk vegetarian dan vegan.
  2. Serat:
    • Kaya akan serat yang mendukung kesehatan sistem pencernaan.
    • Serat dalam natto membantu mengatur gula darah dan mengurangi kadar kolesterol.
  3. Vitamin K2:
    • Terkandung dalam jumlah yang tinggi, berperan dalam kesehatan tulang dan jantung.
    • Memfasilitasi penyerapan kalsium dan meningkatkan kepadatan tulang.
  4. Zat Besi:
    • Membantu mencegah anemia dengan mendukung produksi sel darah merah.
    • Esensial untuk transportasi oksigen dalam tubuh.
  5. Probiotik:
    • Mengandung bakteri baik yang memperbaiki kesehatan usus.
    • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mendukung keseimbangan mikrobiota usus.

Manfaat Kesehatan Natto

  • Kesehatan Jantung: Natto diketahui menurunkan risiko penyakit kardiovaskular berkat kandungan serat dan vitamin K2 yang membantu mengurangi tingkat kolesterol dan memperkuat pembuluh darah.
  • Mendukung Kesehatan Tulang: Kandungan vitamin K2 yang tinggi dalam natto membantu dalam mineralisasi tulang dan mencegah osteoporosis, terutama pada populasi manula.
  • Pengaturan Berat Badan: Serat dalam natto memberikan rasa kenyang lebih lama, mendukung pengendalian nafsu makan, serta cocok untuk program penurunan berat badan.
  • Mengurangi Risiko Diabetes: Konsumsi natto bisa membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, berkat indeks glikemik yang rendah dan kandungan proteinnya.

Secara keseluruhan, kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan dari natto menjadikannya tambahan yang bermanfaat dalam pola makan sehat, menawarkan manfaat tidak hanya secara nutrisi tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang.

Rasa dan Aroma Khas Natto

Natto adalah hidangan Jepang yang dikenal dengan rasanya yang unik dan aromanya yang tajam. Meskipun tidak semua orang tertarik pada aroma dan rasa natto, banyak orang di Jepang dan di seluruh dunia menikmatinya. Berikut beberapa aspek yang menjelaskan rasa dan aroma khas dari natto:

  • Aroma: Salah satu ciri paling menonjol dari natto adalah aromanya yang tajam. Dapat digambarkan sebagai aroma fermentasi yang kuat, mirip dengan keju yang berumur atau makanan fermentasi lainnya. Kombinasi bakteri Bacillus subtilis yang digunakan dalam proses fermentasi memberikan natto aroma khas yang seringkali dianggap agak menyengat bagi orang yang tidak akrab dengan hidangan ini. Namun, bagi para pecinta natto, aroma tersebut merupakan bagian integral dari daya tariknya.
  • Rasa: Rasa natto sangat kompleks. Sebagian orang menggambarkannya sebagai umami atau gurih, dengan sentuhan rasa pahit. Selain itu, natto juga memberikan sensasi lengket dan berlendir di mulut, yang mungkin memerlukan beberapa waktu untuk terbiasa. Teksturnya yang unik ini berasal dari serat-serat protein yang terurai selama proses fermentasi.
  • Pengalaman Kuliner: Kombinasi dari rasa dan aroma natto menjadikannya tambahan menarik untuk berbagai hidangan. Di Jepang, natto sering disajikan dengan nasi putih hangat, serta dapat ditambahkan kecap asin, mustard Jepang, atau daun bawang cincang untuk meningkatkan cita rasanya.

“Natto adalah rasa yang harus dirayakan—sangat berbeda dari makanan lain yang tersedia,” kata seorang ahli fermentasi. Mereka menekankan pentingnya memberi waktu kepada siapa pun yang baru mencoba untuk menyesuaikan diri dengan rasa unik ini.

  • Penerimaan di Lidah Global: Meski banyak yang sulit menerima rasa dan aromanya, natto menemukan penggemar setia di luar Jepang. Masyarakat yang terpapar dengan makanan fermentasi lain, seperti masakan Korea atau makanan khas negara Skandinavia, cenderung lebih mudah menerima natto karena familiaritas dengan cita rasa fermentasi.

Natto adalah contoh sempurna dari upaya kuliner yang merayakan keberagaman rasa dan mencerminkan warisan kuliner Jepang. Dengan karakteristiknya yang kuat dan unik, natto tetap menjadi salah satu makanan ikonik di Jepang.

## Perbedaan Natto dengan Makanan Fermentasi Lainnya

Natto, meskipun merupakan salah satu dari berbagai jenis makanan fermentasi, memiliki perbedaan signifikan yang membedakannya dari yang lain. Perbedaan ini mencakup bahan, teknik fermentasi, serta manfaat kesehatan terkait.

1. **Bahan Baku**:
   - Natto terbuat dari kedelai yang difermentasi menggunakan bakteri **Bacillus subtilis**. Ini berbeda dengan miso dan tempe yang juga berbahan dasar kedelai, tetapi menggunakan kultur jamur yang berbeda.
   - Kimchi, makanan fermentasi Korea, menggunakan sayuran seperti kubis dengan campuran bumbu dan fermentasi asam laktat.

2. **Teknik Fermentasi**:
   - Proses fermentasi natto melibatkan fermentasi aerobik, memerlukan oksigen agar Bacillus subtilis berkembang biak. Proses ini berlangsung pada suhu sekitar 40 derajat Celsius selama satu atau dua hari.
   - Sebaliknya, proses fermentasi tempe melibatkan penutupan yang ketat dari kedelai yang sudah diinokulasi dalam daun atau plastik, memungkinkan pertumbuhan jamur **Rhizopus oligosporus** tanpa paparan udara langsung.

3. **Tekstur dan Aroma**:
   - Natto dikenal memiliki tekstur lengket dan aroma tajam serta sedikit amis, hasil dari fermentasi kedelai yang memproduksi senyawa seperti dialetil dan amonia.
   - Kimchi dan sauerkraut cenderung memiliki aroma yang lebih asam dan tekstur renyah akibat fermentasi bakteri asam laktat.

4. **Manfaat Kesehatan**:
   - Natto mengandung enzim **nattokinase** yang dikaitkan dengan peningkatan kesehatan pembuluh darah dan mendukung peredaran darah yang sehat.
   - Makanan fermentasi lainnya, seperti yogurt, secara luas dihargai untuk kandungan probiotiknya yang mendukung kesehatan pencernaan.

5. **Penggunaan Kuliner**:
   - Natto sering disajikan sebagai bagian dari sarapan tradisional Jepang dengan nasi putih, kecap, dan daun bawang.
   - Sementara itu, kimchi dimakan sebagai hidangan pendamping dalam berbagai jenis makanan Korea. 

Perbedaan-perbedaan ini memberikan setiap makanan fermentasi identitas uniknya, memperkaya kebudayaan makanan di berbagai belahan dunia.

Cara Tradisional Menikmati Natto di Jepang

Natto, makanan fermentasi yang terbuat dari kacang kedelai, sering kali menjadi bagian sarapan yang penuh gizi bagi masyarakat Jepang. Dengan tekstur yang lengket dan aroma yang khas, natto dapat dinikmati dengan berbagai cara tradisional berikut:

  1. Dikombinasikan dengan Nasi
    Cara paling umum untuk menikmati natto adalah dengan mencampurkannya ke dalam nasi hangat. Dalam metode ini, natto biasanya diaduk terlebih dahulu untuk menciptakan tekstur yang lebih lengket dan serat lalu dicampur dengan nasi yang baru dimasak. Penambahan telur mentah sering kali dilakukan untuk mendapatkan rasa yang lebih kaya.
  2. Natto Temaki
    Beberapa orang di Jepang menikmati natto sebagai bagian dari sushi. Dalam hal ini, natto digunakan sebagai isian pada temaki, jenis sushi gulung dengan bantuan lembaran nori. Natto menambah cita rasa unik dan tekstur ke dalam sushi buatan rumahan.
  3. Di Atas Roti Bakar
    Natto juga dapat dinikmati sebagai bahan olesan di atas roti panggang. Orang Jepang akan meremas natto sampai berbusa dan menambahkannya di atas roti setelah diberi mentega atau margarin. Paduan rasa ini menawarkan pilihan sarapan cepat yang berbeda.
  4. Dikonsumsi dengan Soy Sauce dan Mustard
    Pendamping tradisional lainnya adalah kecap asin dan mustard. Kombinasi bumbu ini sering dicampurkan ke dalam natto sebelum disajikan, menambah rasa asin dan sedikit pedas yang menyeimbangkan cita rasa keseluruhan.
  5. Campuran Sup Miso
    Natto juga dapat ditambahkan ke dalam sup miso. Penambahan ini memberikan kekayaan nutrisi tambahan serta tekstur dan rasa yang berbeda. Dalam praktik ini, natto diaduk cepat ke dalam sup panas sebelum disajikan.

Secara umum, meski natto merupakan makanan dengan bau dan rasa yang sulit diterima oleh beberapa orang, cara memasaknya yang bervariasi serta potensi kesehatan yang tinggi membuatnya tetap menjadi makanan favorit di Jepang. Masing-masing metode menikmati natto menunjukkan betapa fleksibelnya bahan makanan ini dalam kuliner Jepang, memberikan manfaat kesehatan sembari mempertahankan cita rasa lokal dan tradisi kuliner.

Natto di Pasar Internasional: Popularitas yang Meningkat

Natto, makanan tradisional Jepang yang terbuat dari kedelai fermentasi, kian mendapat tempat di pasar internasional. Kendati memiliki aroma menyengat dan tekstur lengket yang menjadi tantangan bagi banyak orang, natto ditemukan semakin dikenal di luar Jepang berkat sejumlah faktor.

1. Kesadaran Kesehatan Global

Pertumbuhan tren kesehatan dan diet berbasis nabati turut mendorong popularitas natto. Makanan ini kaya akan probiotik, protein, vitamin K2, dan serat yang penting bagi kesehatan tubuh. Peningkatan kesadaran akan pentingnya makanan fermentasi dalam menjaga kesehatan usus menjadikan natto sebagai pilihan menarik bagi para konsumen global yang sadar kesehatan.

2. Eksposur Budaya Populer

Pengaruh budaya pop Jepang yang meningkat, terutama lewat media anime dan manga, berperan dalam memperkenalkan natto kepada audiens yang lebih luas. Banyak yang tertarik mencoba makanan Jepang otentik ini setelah melihatnya sering tampil dalam media-media tersebut. Melalui saluran ini, pengetahuan tentang budaya dan makanan Jepang menyebar dengan cepat ke berbagai belahan dunia.

3. Penelitian dan Pengembangan Produk

Perusahaan luar Jepang mulai mengembangkan variasi natto untuk menyesuaikan selera pasar internasional. Produk seperti natto beku atau kemasan siap saji menawarkan kemudahan dan aksesibilitas yang lebih tinggi bagi konsumen. Beberapa inovasi juga dilakukan untuk mengurangi bau dan rasa yang kurang familiar di berbagai budaya, meningkatkan penerimaan natto di pasar global.

4. Kemitraan Strategis dan Ekspansi

Perusahaan Jepang yang memproduksi natto bekerja sama dengan distributor internasional untuk memperluas jangkauan pasar. Pemasaran strategis dan kemitraan eksklusif berperan penting dalam meningkatkan visibilitas dan distribusi natto di supermarket dan toko khusus di seluruh dunia.

Popularitas natto di pasar internasional mencerminkan perkembangan tren kuliner global di mana keberagaman citarasa dan nutrisi memainkan peran penting dalam menentukan preferensi konsumen masa kini.

Dengan kombinasi dari faktor-faktor di atas, konsumsi dan pemahaman akan natto di luar Jepang terus tumbuh, menjadikannya bagian penting dari meja makan internasional.

Resep dan Ide Menarik Menggunakan Natto

Natto adalah makanan tradisional Jepang yang dikenal karena tekstur lengket dan aroma khasnya. Meskipun beberapa orang mungkin merasa ragu-ragu untuk mencobanya karena baunya, natto sebenarnya dapat menjadi bahan yang menarik dengan berbagai resep kreatif. Berikut ini adalah beberapa ide resep yang dapat menginspirasi penggunaan natto di dapur:

1. Natto Gohan

Salah satu cara klasik menikmati natto adalah dengan menyajikannya di atas nasi panas. Untuk menambahkan rasa, bisa ditambahkan:

  • Kecap Jepang (Shoyu)
  • Mustard Jepang (Karashi)*
  • Bawang Daun Cincang

2. Natto Tofu Bowl

Ini merupakan alternatif sehat dan mengenyangkan:

  • Tofu Sutra yang dipotong dadu
  • Tambahkan natto di atasnya
  • Hiasi dengan rumput laut kering (nori) dan biji wijen

3. Salad Natto

Sajian ini ideal bagi mereka yang menyukai hidangan segar:

  • Daun selada segar
  • Irisan alpukat
  • Natto
  • Dressing: campurkan** minyak zaitun**, jus lemon, dan sedikit garam

4. Natto Omelette

Untuk sarapan yang mengenyangkan dan berbeda:

  • Kocok telur dan goreng dengan sedikit minyak
  • Tambahkan natto saat telur setengah matang
  • Lipat omelet dan sajikan dengan daun kucai segar

5. Pasta Natto

Sebagai twist pada hidangan Italia:

  • Masak spaghetti hingga aldente
  • Campur dengan natto dan sedikit kecap serta minyak wijen
  • Tambahkan sentuhan pedas dengan cabai bubuk

Pengemasan natto dalam berbagai cara kuliner ini menunjukkan fleksibilitas natto sebagai bahan yang kaya protein dan nutrisi. Dengan pengetahuan dan minat yang tepat, natto dapat diintegrasikan ke dalam berbagai gaya memasak yang menarik.

Seni memberikan kebebasan untuk mengekspresikan apa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Baik itu melalui lukisan, musik, atau karya sastra, seni membantu kita menyampaikan emosi terdalam dengan cara yang unik Paynestewartkids.

Kontroversi dan Mitos seputar Makanan Fermentasi

Makanan fermentasi, meskipun dikenal karena manfaat kesehatannya, sering kali diwarnai oleh berbagai kontroversi dan mitos yang mengelilinginya. Makanan ini, termasuk natto dari Jepang, memicu beragam persepsi di kalangan masyarakat.

  1. Keamanan Mikrobiologi: Salah satu kekhawatiran utama tentang makanan fermentasi adalah potensi risiko kesehatan terkait dengan mikroorganisme. Beberapa orang percaya bahwa konsumsi makanan ini dapat mengakibatkan keracunan makanan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa jika diproses dengan benar, makanan fermentasi seperti natto justru mengandung bakteri menguntungkan yang mendukung kesehatan usus.
  2. Kandungan Alkohol: Sering kali muncul mitos bahwa makanan fermentasi mengandung alkohol dalam jumlah berbahaya. Faktanya, proses fermentasi memang bisa menghasilkan sejumlah kecil alkohol sebagai produk sampingan. Namun, kadar alkohol ini biasanya sangat rendah dan tidak menimbulkan efek berbahaya.
  3. Alergi dan Sensitivitas: Kekhawatiran mengenai kemungkinan alergi akibat konsumsi makanan fermentasi juga ada. Meskipun beberapa orang memang mengalami reaksi alergi terhadap zat tertentu yang dihasilkan selama fermentasi, kasus ini relatif jarang. Penting bagi individu dengan alergi atau sensitivitas tertentu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsinya.
  4. Mitos Keseimbangan pH Tubuh: Ada klaim bahwa makanan fermentasi dapat membantu menyeimbangkan pH tubuh. Namun, tubuh manusia secara alami mengatur pH tanpa memerlukan pengaturan diet yang spesifik. Sementara makanan fermentasi dapat berkontribusi pada kesehatan pencernaan, tidak ada bukti konklusif bahwa mereka secara langsung mempengaruhi pH tubuh.
  5. Efek pada Fungsi Mental: Beberapa percaya bahwa bakteri probiotik dalam makanan fermentasi dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan mental. Meskipun ada hubungan antara kesehatan usus dan kesehatan mental, klaim ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mencapai kesimpulan yang pasti.

Pemahaman publik yang lebih tinggi dan penelitian berkelanjutan diperlukan untuk menguraikan fakta dari mitos dan menghilangkan miskonsepsi tentang makanan fermentasi seperti natto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *